NOOMOR KLIPING :009; JUDUL : KITAB KEBAHAGIAAN; PENULIS : PATRIS J. IPPAT; MEDIA :BOBO; EDISI :?; RUBRIK : DONGENG; HALAMAN :46 - 47 ; PENERBIT :PT PENERBITAN SARANA BOBO-GRAMEDIA MAJALAH
“Aku adalah putrid yang tidak bahagia………” keluh Putri Perindu suatu hari. Wajahnya murung. Hatinya risau, karena sebentar lagi akan ada pesta besar kerajaan. Seluruh pangeran dan putri dari kerajaan tetangga akan berdatangan di pesta itu.
“Aku tidak cantik. Dan selalu tidak ada pangeran yang mengajakku berdansa. Lebih baik aku tidak hadir di pesta itu. Aku juga mau lari saja dari istana ini!” gumam Putri Perindu sedih.
Wajah Putri Perindu yang selalu cemberut kian bertambah masam. Putri Perindu memang jarang tersenyum. Cara bicaranya juga ketus. Siapapun tidak suka berlama-lama bila bercakap dengannya. Itu sebabnya, tak ada pangeran yang mau berdansa dengannya di setiap pesta.
Ketika akan lari dari istana, tiba-tiba Putri Perindu mendengar nyanyian riang yang liriknya jenaka, Putri Perindu menjadi penasaran.
“Dayang, siapa orang yang bernyanyi itu?” tanya Putri Perindu pada dayang pengasuh.
“Oh, dia Jampenar, Putri. Pedagang loak keliling yang jenaka,” jawab dayang pengasuh.
“Aku ingin bertemu dengannya,” kata Putri Perindu sambil berlari ke luar istana. Ia lalu mengehentikan kereta keledai Jampenar. Kareta itu meriah dengan berbagai lukisan orang tersenyum dan tertawa. Jampenar adalah lelaki betubuh gemuk namun gesit. Wajahnya bersemu merah dengan mata berbinar cerah.
“Selamat pagi, Putri . Apakah Putri hendak membeli sesuatu? Hamba hanya menjual barang bekas,” sapa Jampenar sambil member hormat.
“Apa yang membuat kau terlihat bahagia?” tanya Putri Perindu.
“Hamba mempunyai sebuah kitab rahasia dari nenek moyang hamba. Namanya KITAB KEBAHAGIAAN. Kitab ini berisi rahasia menjadi orang yang bahagia, meski dalam keadaan susah sekalipun!”
“Aku ingin membeli buku itu!” kata Putri Perindu.
“Maaf, Putri. Kitab itu tidak hamba jual. Lagi pula Putri kan, sudah bahagia? Hidup berlimpah harta di puri yang indah!”
“Aku tidak bahagia. Sebab aku tidak cantik. Tidak ada pangeran yang mau berdansa denganku. Makanya aku perlu Kitab Kebagiaan itu.”
Jampenar terdiam sejenak. “Baiklah Putri. KITAB KEBAHAGIAAN ini akan hamba pinjamkan pada Putri. supaya peti penyimpanannya dapat dibuka, Putri harus melaksanakan mantra pembukanya,” kata Jampenar kemudian.
Ia lalu menyerahkan sebuah kotak berwarna kuning dan secarik kertas mantra kepada Putri Perindu.
“Ini kitabnya. Dan ini kertas berisi daftar mantranya. Sebulan lagi hamba akan kembali untuk mengabil KITAB KEBAHAGIAAN. Keberhasilannya tergantung pada usaha Putri sendiri,” ucap Jampenar.
Jampenar lalu melanjutkan perjalanannya sambil bernyanyi riang jenaka.
Putri Perindu membaca daftar mantra. Mingu pertama: ‘Tanam bunga, burung berkicau, matahari bersinar.’ “Mantra yang aneh,” pikir Putri Perindu. Namun tetap ia kerjakan juga. Seminggu penuh Putri Perindu menanam bunga-bunga. Sambil mendengarkan burung benyanyi, di bawah cahaya mentari pagi. Di akhir minggu, ia berkaca. Tampak bayangan seorang putri dengan gaun berlepotan tanah. Namun pipinya merah segar terkena cahaya matahari.
“Aku terlihat segar,” gumam Putri Perindu pada bayangannya di cermin.
Mantra kedua, minggu kedua: ‘Cinta kasih tak ternilai dari orang-orang yang menyayangimu.’
“Maksudnya kedua orang tuaku? Para dayang-dayangku? Dan seluruh rakyatku?” Putri Perindu bertanya-tanya.
Tiba-tiba Putri Perindu terkejut. Oh, betapa lalainya dia selama ini. Mengabaikan Bagianda Raja dan Ratu, meremehkan dayang-dayangnya, serta tidak pernah bertemu rakyat negerinya. Selama ini, dia hanya sibuk menyesali wajahnya yang tidak cantik. Seminggu itu, Putri pun memberikan perhatian pada orang-orang di sekelilingnya.
Mantra ketiga, minggu ketiga: ‘Beri senyum dan tawa, maka kau akan menerima senyum dan tawa.’ Putri Perindu mendengus jengkel membaca matra ketiga itu. Bagaimana bisa tersenyum bila hati tidak bahagia? Pikirnya. Tapi Putri lalu mencoba bercakap ramah dengan dayang-dayangnya. Saat jalan-jalan ke perkampungan, Putri Perindu selalu tersenyum pada penduduk yag diterimanya.
Ajaib, tiba-tiba Putri Perindu merasa senang ketika rakyatnya membalas senyumnya. Wajahnya berseri-seri. Matanya berbinar ramah!
Mantra keempat, minggu keempat: ‘Bayangan di cermin tidak bohong.”
Putri Perindu berdiri di depan cermin. Seorang putrid anggun, berwajah ramah dan lembut ada di dalam cermin. Itu bayangan Putri Perindu sekarang. Ia merasa sangan cantik, dia sudah merasa bahagia.
Putri Perindu memutuskan untuk mengembalikan kotak berisi KITAB KEBAHAGIAAN kepada Jampenar.” Tanpa perlu membuka petinya. Sebab ia sudah mengetahui rahasia kebahagiaan. Dengan membuat orang-orang di sekelilingnya bahagia, ia pun bisa mendapatkan kebahagiaan.
Putri Perindu memutuskan untuk datang ke pesta kerajaan nani. Ia percaya, kali ini akanada pangeran yang mengajaknya berdansa. Sebab ia sudah belajar bercakap ramah, dan bisa tersenyum bahadia.
DAPATKAN KEBAHAGIAAN ANDA SEPERTI PUTRI PERINDU
PARADE KARYA : | PROSA | PUISI | ARTIKEL | DIARY | UNEG-UNEG | LUKISAN | KETERAMPILAN | TEKA-TEKI |INSPIRASI | AWAL | ALUMNI | BERITA | PRESTASI | INFO | INPUT | PARADE KARYA | PROFIL SEKOLAH |
0 komentar:
Posting Komentar